Plesiran


SERABI INAQ HALIMAH


Berbeda dengan banyak serabi di Mataram yang dicetak  dengan ukuran kecil, serabi yang ini lebih besar, walaupun juga tidak selebar serabi Solo. Ukuran diameter serabi ini sekitar 5 – 6 cm, dengan ketebalan sekitar 2 cm. Perbedaan lainnya, di Mataram serabi adalah teman minum teh atau kopi pada pagi hari. Sementara penjual serabi yang satu ini baru mulai menjajakan dagangannya pada sekitar pukul sepuluh atau sebelas siang, dan biasanya akan habis dibeli para pelanggannya menjelang tiba sore hari. Dari sisi rasa, sering kita temukan serabi yang dihidangkan dengan siraman gula merah cair sehingga rasanya manis, yang tak jarang kita santap bersama jajan pasar yang lain. Sementara serabi yang satu ini menawarkan rasa gurih dari santan kelapa kental yang menjadi campuran tepung beras sebagai bahan utamanya,  yang sungguh nikmat dan pas di lidah.
Dipanggang tidak terlalu lama  di atas tungku dengan api dari kayu yang juga tidak terlalu besar, menghasilkan serabi dengan tiga lapisan kekenyalan yang berbeda. Pada bagian paling atas adalah bagian yang belum sempurna kematangannya, sehingga ketika kita gigit terasa creamy  dan lumer di mulut kita. Kemudian di bawahnya kira rasakan bagian yang lebih matang namun tetap lembut di lidah, bahkan bagian paling bawah pun tidak terlalu keras dan tidak gosong. Perpaduan ketiga tekstur tersebut ditambah dengan rasa gurih santan kelapa yang membalutinya sungguh tepat, tidak perlu lagi siraman gula merah cair di atasnya, karena justru rasa gurihnya yang membuat serabi ini menjadi istimewa.   
Itulah serabi Inaq Halimah, yang bisa kita temukan setiap hari di salah satu sudut Pasar Keruak bagian selatan Kabupaten Lombok Timur. Di antara bau tajam ikan pindang, terasi, dan berbagai jenis hasil laut lainnya, keberadaan Inaq Halimah dengan serabinya memang menjadikannya sesuatu yang sangat berbeda. Dengan harga yang tidak menguras dompet yaitu hanya Rp 1.000,- untuk satu tangkup atau dua potong, membuat serabi Inaq Halimah ini selalu dikangeni oleh para pelanggannya. Setelah hampir tiga puluh tahun berjualan dan mampu menjadikan salah satu anaknya sebagai sarjana, sampai hari ini Inaq Halimah masih setia dengan pemanggang yang sekali bakar menghasilkan delapan potong serabi, tungku dan kayu bakar, mengolah sembilan atau sepuluh kilogram tepung beras bersama beberapa butir kelapa setiap harinya, berbaur dengan pedagang berbagai macam ikan laut di salah satu sudut pasar hasil laut terbesar di Pulau Lombok.
Jadi kalau tengah memborong ikan, cum-cumi. udang, ataupun terasi di Pasar Keruak, jangan lupa sempatkan menikmati serabi gurih Inaq Halimah. Setelah dibungkus daun pisang bisa kita bawa ke salah satu warung kopi di sudut lain pasar, atau sebagai bekal untuk kita nikmati di perjalanan.